AL INSAN FI AL-QUR'AN KARYA ABBAS MAHMUD AL-AQQAD
Oleh : Dina Murdiani
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tafsir Al-Qur'an adalah ilmu
pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur'an
dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang
arti dan kandungan Al Qur’an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak di
pahami dan samar artinya, dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur'an diperlukan
bukan hanya pengetahuan bahasa Arab saja tetapi juga berbagai macam ilmu
pengetahuan yang menyangkut Al-Qur'an dan isinya.
Seiring dengan berkembangnya zaman dan tekhnologi,
Ilmu pengetahuan pun ikut mengalami dinamika perkembangan dan pergeseran.
Pergeseran-pergeseran ini memang sangat perlu dan mendesak karena metodologi lama
sudah tidak terlalu memadai untuk diterapkan pada masa yang telah berbeda dan
berkembang.
Begitu pula kajian al-Quran dan tafsirnya. Terjadi
perkembangan yang sangat signifikan pada abad modern dengan dipimpin oleh M
Abduh sebagai penggagasnya. Berbagai bentuk tafsir pun mengalami pengembangan.
Salah satu perkembangan yang tampak adalah mulai adanya tafsir-tafsir bayani
dan juga tafsir ilmi. Metode penulisan juga tidak terpaku pada Tahlili saja,
tetap terdapat juga metode penulisan Maudhu’I atau tematik.
Sebagai contoh tafsir
dengan metode maudhu’I ini adalah sebuah tafsir dari abad ke 20 M adalah
kitab Al-Insan Fil Quran karya Mahmud Abbas Al-Aqqad. Kitab ini berisi dua bab besar yang membahas mengenai pandangan al-Quran
mengenai manusia, pandangan para tokoh mengenai manusia dan kedudukan manusia
itu sendiri di abad 20 yaitu abad Ideologi. Disini penulis akan mencoba membahas seputar tentang
kitab Al-Insan Fil Quran karya Mahmud Abbas Al-Aqqad.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Abbas Mahmud Al-Aqqad?
2. Bagaimana seputar
kitab Al-Insan Fil Quran?
3. Bagaimana sistematika penulisan kitab Al-Insan Fil Quran?
4. Bagaimana metode penulisannya kitab Al-Insan Fil Quran?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Biografi Abbas Mahmud Al-Aqqad
Abbas Mahmud Al-Aqqad atau lebih
dikenal dengan Abbas Al-Aqqad dilahirkan pada tanggal 1306 H bertepatan pada tanggal 28 Juni 1889. Abbas Mahmud Al-Aqqad dilahirkan di kota
Aswan, keluarga A- Aqqad dikenal sebagai keluarga yang shaleh.Al-Aqqad belajar
di Madrasah Ibthidaiyyah sampai selesai. Namun setelah tamatr Al- Aqqad tidak
melanjutkan pendidikan formalnya. Kondisi yang ada memaksa Al-Aqqad uuntuk bekerja.
Al-Aqqad pernah melakukan berbagai
pekerjaan ia pernah bekerja di
perusahaan iimpor, dewan perwakafan, surat kabar Al-Muayyad dan dan mengajar di
Madrasah Wadi NIL. Al-Aqqad memutuskan untuk tidak bekerja diperusahaan-perusahaan negara. Dia
memutuskan untuk bekerja di dunia surat kabar dan penerbitan. Pemikiran
Al-Aqqad adalah sinar yang menyinari langit Kairo. Dia pernahh terpilih menjadi
anggota beberapa Dewan Bahasa Arab (Mujammah’ Al-Lughah Al-Arabbiyyah)
diberbagai negara Arab seperti di Damaskus, Kaioro dan Baghdad. Produktivitas
Al-Aqqad sangat tinggi. Bukun karyanya
mencapai 83 judul. Selama kurang setengah Abad. Al-Aqqad adalah sosok istimewa
di dunia pemikiran Mesir. Hal tersebut terjadi semenjak kecil Al-Aqqad telah
membaca berbagai bacaan seperti
tenggelam dalam berbagai sastra,
filsafat dan agama. Namun, Al-Aqqad tidak pernah terkekang dengan buku-buku
bacaannya. Justru sebaliknya dia tampil
dengan sosok yang indipenden dan selalu menyelam kedalam dasar pemikiran.
Al-Aqqad selalu menulis bidang yang ditulisnya dengan pandangan dan penelitian
yang sangat dalam. Ketika menulis filsafat dan agama, Al-Aqqad selalu
membahasnya dengan sangat dalam seolah-olah tidak pernah diketahui oleh
seorangpun. Hal yang paling pentinng dari pemikiran Al-Aqqad adalah dia selalu
menyimpan perhatian dari setiap problematika pemikiran umat islam modern.
Tema-tema kegeniusan (‘abqarf) yang
ditulis oleh Al-Aqqad mencerminkan kegeniusan dirinya sendiri. Berbagai
biografi dan penelitian dalam tema keislaman yang ditulis oleh Al-Aqqad
benar-benar memberikan saham pencerahan terhadap umat islam.
Setidaknya ada dua tema besar yang
selalu usung Al-Aqqad dalam setiap bukunya.
Pertama, memberi
gambaran yang benar tentang islam, yang dibangun diatas dalil agama yang shahih
dan dalil akal yang benarr.
Kedua, meluruskan
gambaran islam yang buruk dimasyarakat barat. Gambaran buruk tersebut disebsbkann kesalahaphaman terhadap islam
yang terjadi selama beberapa abad.
Karya-karya yang ditulis Al-Aqqad bersifat objektif dan mencerahkan
diantara karya-karyanya yaitu :
1.
Allah
2.
Abqariyyah
Muhammad
3.
Abbqariyyah
Khali
4.
Abbqariyyah
Ali
5.
Abbqariyyah
Al-Shiddiq
6.
Abbqariyyah
Umar
7.
Hayah
Al-Masih
8.
Al
Fushuf
9.
Al-Mar’ah
fi Al-Qur’an
10.
Al-Insan
fi Al-Qur’an dll.
Pada
1964 Al-Aqqad wafat di Kairo dan di Makamkan di Aswan.[1]
2.
Seputar Kitab Al-Insan Fi Al-Quran
1.
Nama Kitab
Nama kitab ini adalah Al-Insan
Fi Al-Quran karya Abbas Mahmud Al-Aqqad yang diterbitkan sebagai
terbitan ke empat pada Sebtember 2005 oleh penerbit Nahdhatu Mishr di
Cairo, Mesir.
2.
Sejarah penulisan Kitab
Abbas Mahmud Al-Aqqad memulai pembahasannya dengan
sebuah pemaparan mengenai adanya pergeseran pertanyaan ontologis mengenai
hakikat manusia pada abad ke 20 dengan abad-abad sebelumnya. Jika pada abad
sebelumnya dinyatakan bahwa yang terpenting bagi manusia adalah pemahaman
mengenai siapa dirinya? Siapa namanya? Atau dalam sebuah kata nasihat:
kenalilah dirimu?.
Pertanyaan-pertanyaan
mengenai hakikat manusia pada abad ke 20, menurut Abbas Mahmud, tidak lagi
berkisar pada masalah itu saja, tetapi menjadi semakin komplek. Pertanyaan yang
mengemuka adalah:
a.
Bagaimanakah kedudukan manusia di alam semesta ini?
b.
Bagaimana kedudukan manusia diantara golongan
sejenisnya dan golongan jenis lain?
c.
Bagaimanakah kedudukan manusia di tengah masyarakat
yang semuanya menyandang predikat “Manusia (Insan)”?
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini menurut Abbas adalah
pertanyaan yang mesti segera ditemukan jawabannya karena akan berimplikasi pada
eksistensi manusia. Berbagai teori serta aliran (Madzhab) yang
berkembang pada masanya (abad 20), yang beliau sebut sebagai Abad Ideologi,
beliau rasa tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Beliau paparkan
berbagai asumsi serta teori dari aliran-aliran keilmuan seperti Materialisme (Al-Madiyah)
Fasisme dan Rasionalisme (Al-‘Aqliyyah) dan semuanya tidaklah bisa
menjawab persoalan terkait masa lalu, masa yang akan datang dan masa keabadian.
Abbas Mahmud al-‘Aqqad
berkeyakinan bahwa hanya Al-Aqidah Al-Diniyyah sajalah yang mampu menjawab problem-problem ini. yang beliau maksud dengan Al-Aqidah
Al-Diniyyah adalah Al-Quran itu sendiri. Sehingga pemahaman-pemahaman
terhadap al-Quranlah yang mampu menyelamatkan manusia dari kebinasaan. Hal
inilah yang menjadikan belaiu ,menurut hemat penulis, berkeinginan menuliskan
buku ini yang didalamnya dipaparkan dalil-dalil al-Quran terkait masalah
manusia.
3. Sistematika kitab Al-Insan Fi Al-Quran
Kitab ini merupakan
sebuah kitab tafsir Maudhu’i (tematik) yang terdiri dari 163 halaman dan dibagi
kedalam dua Kitab. Kitab yang pertama berbicara mengenai
Manusia (Insan) dalam al-Quran dan kemudian dibahas dalam beberapa Bab.
Pembahasan dalam kitab pertama ini mencakup pembahasan-pembahasan mengenai
manusia dan sifat-sifatnya serta hal-hal yang terkait dengan manusia yang ada
dalam al-Quran, pada bab ini dipaparkan dalil-dalil al-Quran yang bersinggungan
dengan berbagai pembahasan yang sedang dipaparkan. Dan pada Kitab kedua,
terdapat pembahasan mengenai manusia (Insan)
dalam Madzhab keilmuan dan pemikiran. Pada bab ini, dipaparkan diskusi-diskusi
tentang manusia dalam kaitannya dengan teori-teori ilmiah seperti teori evolusi
Darwin atau pandangan-pandangan tokoh tentang manusia serta dampak atau implikasinya baik di dunia barat dan timur, serta kesiapan manusia
menyongsong keilmuan-keilmuan lainnya.
tabel mengenai daftar isi kitab:
المخلوق
المسئول
الكائن
المكلف
روح و جسد
النفس
الأمانة
التكليف و الحرية
أسرة واحدة
آدم
|
الكتاب
الآول في القرآن
|
عمر
الإنسان
الإنسان و
مذهب التطور
التطور قبل
مذهب التطور
أثر مذهب
النشوء في الغرب
مذهب
التطور في الشرق العربي
الدين و
مذهب الدارون
سلسلة
الخلق العظمى
الإنسان في
علم الحيوان و في علوم الأجناس البشرية
الإنسان في
علوم النفس و الأخلاق
مستقبل
الإنسان في علوم الأحياء
عود على
بدء
|
الكتاب
الثاني في مذهب العلم و الفكر
|
4. Metodologi
penulisan
Tafsir al-Insan fi
al-Qur’an menggunakan metodologi tafsir tematik atau tafsir
al-manhaj al-maudlu’iy sebagaimana yang
telah digunakan oleh para penafsir-penafsir sebelumnya. Metode tafsir tematik
adalah metode penafsiran al-Qur’an yang menyangkut tema tertentu.[2]
Metode tafsir ini mempunyai dua bentuk, yang pertama menyangkut satu surat
dalam al-Qur’an secara menyeluruh dan utuh, dengan menjelaskan tujuannya yang
bersifat umum, menjelaskan korelasi antara persoalan yang beragam dalam surat
tersebut sehingga dalam satu surat tersebut dengan berbagai masalahnya.
Kemudian yang kedua tafsir tematik bermula dengan mengumpulkan surat-surat dan
membahasnya dengan tema tertentu dari berbagai ayat dan surat.[3]
Pada tafsir ini al-Insan
fi al-Qur’an, Abbas Mahmud Aqqad sepertinya hanya mendeskripsikan suatu
tema kemudian beliau mengaitkannya dengan ayat-ayat dalam al-Qur’an dan tidak
menjelasakan kata per kata dari ayat-ayat tersebut. Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa beliau adalah seorang kritikus, sastrawan, dan jurnalis tidak
mungkin beliau menjelaskan kata per kata dari al-Qur’an karna memang bukan
bidangnya. Sama halnya dengan tafsir ini, beliau hanya mengumpulkan serangkaian
pendapat dari kalangan ulama’, filosof, dan ahli di bidang “manusia” dan
menjelaskannya secara keseluruhan kemudian mengaitkan dengan ayat-ayat
al-Qur’an yang berhubungan dengan itu.
Contoh :
قصة ادم عليه السلام فى القران هي قصة الانسان
الأول...خلق من تراب و ارتقي بالخلق السوى الى منزلة العقل والاردة وتعلم من
الأسماء فضلا من العلم ميزه على خلائق الأرض, من ذى حياة وغير ذى حياة....وقضى له
أن يكسب فضله بجهده, وأن يكون جهده غلبة لارادته وانتصارا لعقله على جسده...و قصة
هذه النشأة الادمية يستوفيها القران في هذه الايات:
(QS. Al-Mu’minun, ayat 12)
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ
سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
(QS. As-Sajdah ayat 6-9)
ذَٰلِكَ عَالِمُ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ
خَلَقَهُ ۖ
وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ
مِنْ مَاءٍ مَهِين
[4]
ثُمَّ
سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ
لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا
تَشْكُرُونَ
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Abbas Mahmud Al-Aqqad atau lebih dikenal dengan Abbas Al-Aqqad
dilahirkan pada tanggal 1306 H
bertepatan pada tanggal 28 Juni 1889. Abbas Mahmud Al-Aqqad dilahirkan di kota
Aswan, keluarga A- Aqqad dikenal sebagai keluarga yang shaleh.Al-Aqqad belajar
di Madrasah Ibthidaiyyah sampai selesai. Al-Aqqad adalah seorang Jurnalistik, bisa dilihat
dari keaktifannya dalam menulis di majalah-majalah, beliau juga seorang
sastrawan banyak karangannya dalam bentuk prosa atau puisi.
2. Sejarah kepenulisan
kitab al-Insan fi al-Qur’an diasumsikan
berawal dari pergeseran pertanyaan antologi pada abad ke 20 dengan
abad-abad sebelumnya. Mengenai sistematika kitab ini, kitab al-Insan fi
al-Qur’an adalah kitab tafsir Maudhu’i terdiri dari 163 halaman dan
dibagi dalam dua kitab. Kitab yang pertama memaparkan tentang pembahasan
manusia dan sifat-sifatnya serta hal-hal yang terkait dalam al-Qur’an. Kitab
yang kedua membahas tentang pembahasan manusia dalam madzhab keilmuan.
3.
Metodologi tafsir al-Insan
fi al-Qur’an menggunakan tafsir tematik yaitu penafsiran al-Qur’an yang
menyangkut tema tertentu. Beliau mendeskripsikan terlebih dahulu tentang
temanya kemudian mengaitkannya dengan ayat-ayat al-Qur’an.
DAFTAR
PUSTAKA
Riswanto,Arif Munandar, Khazanah Buku Pintar Islam 1, Mizan
Pustaka, 2010
Usman, Ilmu Tafsir, Yogyakarta : Teras, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar